Daki Tipis - Tipis @Penanggungan

Puncak Bayangan Gunung Penanggungan Mojokerto, 31 Desember 2016

"Lika  - liku laju kakiku. Menanjak, bukan alasan untuk tak bergerak. Tangan, kaki, mata, dan mulut menyelaraskan irama. Percikan derita meyulut cinta, walau sementara. Ah, dasar daging berkepala"

Dinginnya ketinggian 1653 Mdpl merayuku untuk menikmati kehangatan.

Uluh..uluuuh... Sok puitis. Padahal gak romantis.

Stop! Ok, biasa aja...

Nih, ceritanya gini. Ane sama temen - temen (nasib jomblo cuma bisa sebut temen #Save Jomblo) belajar daki. Alhasil, cari spot yang rendah dulu dan solusinya adalah Gunung Penanggungan di Mojokerto. Jauh sebelum itu, ane punya banyak acara untuk mengisi tahun baru.

"Wiich, lo fokus dech sama kata bergaris bawah. Ane emang banyak acara tapi semua berbau jomblo-wer. Lo bayangin aja, tahun baru mau ane isi sama ngopi ditrotoar sambil liat kembang api. Ngenes banget kan!"

Namun beruntung, acara itu gak jadi. Ane ada tugas mulia: Tadabbur fil 'alami bil uswatin hasanah wal mauidlotil hasanah. Belajar dan mempeljari ciptaan Sang Khaliq melalui suatu tindakan yang baik dan mensyukurinya dengan ucapan yang baik pula.

OTW Puncak Penanggungan

Kaki mengeras

Tangan menggenggam

Kepala penuh dengan harap

Sementara mata takjub dengan seni Sang Seniman

Mulut berdzikir bersama asap tembakau

Organik... Sangat organik..

Alami.... Sangat alami..

Ciptaan... Sang Maha Pencipta alam organik

Hahaha,..

Roode mulai gawok - takjub, melihat shirat al jabal Penanggungan: naik, turun dan lika -liku menambah nikmat irama cinta. Bagi Roode, inilah kesempatannya untuk menjadi Pahlawan tanpa tanda bangga: Keluarnya sifat ke-pahlawan-an akibat ke-terpaksa-an. Mergo kepekso. Kwkwkw...

Oke, perjalanan dimulai.

"Awas! Licin"

Roode memberi instruksi pada teman - temannya.

"Braakkkks!" setelah Roode memberi instruksi ternyata dia malah jempalikan, jatuh.

"Hahaha", teman - temannya menertawakan. Roode adalah anggota paling aneh. Tingkahnya se-mau-nya sendiri. Gak keno diatur.

Cerita lanjut besok