Cuit #3 Pohon Sejati
Upama pohon jati. Ada akar, batang, daun, bunga, dan biji. Pada akar, jumlahnya juga bukan satu. Begitupun dengan batang, daun, bunga dan biji.
Saat satu akarnya diambil, namanya tetap pohon jati dan akar yang di ambil tetap disebut 'akar pohon jati'. Begitu juga jikalau yang lain di ambil.
Dari bagian utama pohon jati itu, masing-masing bagian memiliki bagian, dan masing-masing bagian itu juga punya bagian-bagian lain. Terus, hingga sampai pada bagian yang tak terbagi. Itulah 'dzarrah', partikel terkecil dalam kehidupan ini.
Jika disuruh menunjukkan yang mana pohon jati, jawabnya adalah tampilan lahiriyyah dari gabungan komponen utama. Tapi, ketahuilah, bahwa jika pohon jati itu tak ada daun, bunga dan bijinya, maka akan tetap disebut pohon jati.
Saat daunnya gugur, daun itu disebut daun jati. Begitu juga jika yang lain memisahkan diri. Asal-usul 'Jati' akan tetap menjadi identitas kesejatian.
Nah, masalahnya sekarang ini, daun jati ngaku-ngaku 'pohon jati' secara utuh. Akar, batang dan komponen lainnya tak diterima. Padahal, mereka satu komponen yang diciptakan dari air, tanah dan nutrisi-nutrisi yang diambil oleh akar dan diolah oleh batang, sebelum menjadi daun, batang kecil, bunga dan biji. Asal - usulnya sama, tapi ada yang lupa proses pembuatannya.
Jati itu ibarat makrokosmos dari tumbuhan jati. Dan akar, batang, daun, bunga dan buah adalah mikrokosmos.
Air di samudera itu ibarat makrokosmos dan air dalam cangkir ibarat mikrokosmos. Tapi, wujud sejatinya tetap sama, yaitu air.
Falsafah orang Kejawen mengatakan 'ingsun' (aku) sebagai kata ganti Tuhan dalam mengartikan syahadatain.
Seperti ini bunyinya:
"Nekseni yen ora ana Pengeran kang wajib den sembah kejaba Ingsun, lan nekseni setuhune nabi Muhammad iku utusan Ingsun,"
Lalu di pondok-pondok salaf, di beri tambahan keterangan sehinga menjadi begini:
"Nekseni yen ora ana Pengeran kang wajib den sembah kejaba Ingsun (Allah) lan nek seni yen nabi muhammad iku utusan Ingsun (Allah)"
Alasan orang Kejawen menggunakan kata "Ingsun" adalah karena "aku" adalah mikrokosmos; adalah air dalam cangkir; adalah pohon jati, tapi sejatinya aku adalah sama dengan makrokosmos, yang Al Kabir, Al Malik, al Quds dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar