Puasa Setelah Puasa
Bulan puasa merupakan bulan dengan diskon pahala berlipat ganda, bulan berkah, ampunan dan harapan. Bulan dimana manusia berbondong – bondong meraih diskon istimewa dari Allah baik dengan cara tadarus Al Qur’an, sedekah, dzikrullah, sholat sunah, dan bahkan ada yang rela menjaga panjangnya malam bulan Ramadlan. Suasana magis bulan Ramadlan melekat rapat bersama amalan – amalan yang mengiringinya.
Allahurrahman
Puasa, sebuah kasihsayang yang sangat luar biasa, bukti kebijaksanaan serta sebuah konsep “menghargai” yang benar- benar sejati dari Sang Sejatining Wujud. Saya katakan sebagai bukti kasih sayang yang sangat benar – benar luar biasa ( Mohon maaf dalam poin ini saya menulis dengan kalimat yang tidak efektif. Hal ini saya lakukan karena saya tidak menemukan kata yang tepat untuk menganalogikan gambaran kedahsyatan sifat Rahman Allah) karena Allah memberikan batasan waktu dalam menjalankan puasa mulai terbit fajar hingga ghurubussyams. Terbenamnya matahari. Batasan waktu tersebut merupakan wilayah toleransi yang Allah berikan atas wilayah biologis yang melekat pada manusia, dimana beberapa kebutuhan manusia dikekang sepanjang siang. Namun, Allahurrahman sehingga pada malam harinya kebutuhan dhahir manusia dapat dipenuhi.
Dalam tingkatan puasa yang lebih khusus: puasa yang dilakukan oleh orang – orang yang telah sampai pada tingkatan ilallah (tingkatan dimana manusia mengembalikan semua urusan kepada Allah) wilayah puasa dibagi menjadi dua yaitu wilayah Psikologis dan biologis.Wilayah psikologis merupakan kebutuhan manusia secara batin: keinginan, kepuasan, keamanan. Dahsyatnya keinginan manusia umpama diberikan satu bukit yang terbuat dari emas maka akan meminta satu bukit lagi dan seterusnya. Keinginan untuk memenuhi apa yang diinginkan merupakn sifat lumrah manusia dalam rangka memperoleh kepuasan. Namun apabila kita kembali pada konsep dahsyatnya keinginan manusia, artinya manusia tidak pernah merasa puas. Oleh sebab itu yang saya maksud kepuasan disini adalah qona’ah. Menerima apa yang telah diberikan oleh Allah. Istilah Jawa Nriman, kalau Madura Nrema’an. Sedangkan yang disebut kebutuhan keamanan adalah kondisi dimana manusia merasa telah yakin dalam posisi yang aman. Kondisi yang dapat memastikan bahwa dia akan selamat dari siksa. Normalnya manusia pasti mengidamkan posisi seperti ini. Namun manusia tidak boleh merasa seolah – olah sedang pada posisi aman ini. Memang benar kita harus yakin bahwa selama Allah bersama dengan kita maka kita pasti aman.Tapi pertanyaannya adalah bagaimana kita tahu bahwa Allah telah ridha dengan kita? Bagaimana kita tahu bahwa Allah tidak akan memberikan adzab kepada kita? Bukankah sombong namanya apabila menyebut dirinya dalam kondisi yang aman? Bahkan nabi Muhammad pun tetap menangis meminta ampunan kepada Allah, nabi Muhammad pun tetap meminta kepada Allah untuk ditunjukkan jalan yang lurus karena beliau masih merasa mempunyai kesalahan. Disitulah letak kehebatan puasa pada tingkatan khusus. Dimana mereka mengekang keinginan, kepuasan, serta keamanan.
Puasa pada bulan Ramadlan sebagai bukti bahwa Allah benar – benar Maha Bijaksana adalah dengan adanya stok pahala yang melimpahruah. Pahala ini sebagai imbalan yang Allah berikan kepada siapa saja yang bersedia mengambilnya. Kebijaksanaan adalah bagaimana cara menghargai sebuah keringat, bagaimana cara menuntun pada jalan yang benar. Bagaimana cara cara meletakkan sesuatu pada tempatnya. Allah memberikan itu semua pada yang bersedia berpuasa. Bagaimana menghargai sebuah keringat maka disediakan pahala dan nikmat yang melimpah, bagaimana cara menuntun pada jalan yang benar maka disediakanlah syarat dan rukun puasa, dan bagaimana cara meletakkan sesuatu pada tempatnya maka Allah memberikan perintah untuk puasa karena dengan puasa kondisi kesehatan manusia meningkat.
Fa biayyiaala irobbikuma tukadziban ( maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan)
“Tetap puasa setelah puasa adalah bukti prestasi puasa itu sendiri”
(Em Ruddy)
berjalan telanjang kaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar