Breaking

Bagaimana Membuang Kesedihan dari Ransel, Ibu?

Sudah menggunung ia tertekan. Rumput-rumput di belakang rumah, tempatnya berbagi keluh kesah. Kepada pagi yang merambat, teringat Ibu mengelus kepalanya di malam itu. Ibu berkata lirih: "Adik, kalau sedih, kumpulkan jadi satu. Lalu masukkan ke dalam ransel sedih itu."

Lalu sambil terus mengelus kepala, ibu menunjukkan cara memasukkan sedih itu kedalam ransel. "Masukkan tangan adik. Rasakan sedih itu mengalir dari seluruh tubuh yang letih, merambat ke tangan. Lalu melalui sela jemari adik, kesedihan itu akan mengucur ke dalam ransel,"

Ia baru lima tahun malam itu. Dan pagi yang masih merambat ini, dua puluh usianya. Di dalam kamar dekat lemari di pojok, ransel besar ia ambil. Tangannya ia masukkan. Maka sambil menangis dan merasa sedang teriak-teriak tapi tidak bersuara, kesedihannya mengucur. Ia tumpuki kesedihan itu dengan perkakas. Pasti kesedihan ini bisa hilang. Ia menguatkan dirinya.

Ia tidak tahu bagaimana persisnya membuang kesedihan dari ransel, sebab ibu hanya memberi tahu cara memasukkannya. Maka dengan sekenanya ia menebak, kesedihan yang menggunung hanya bisa diterima gunung. Puncak gunung menjadi satu-satunya tempat yang ia rasa pantas menampung sedihnya.

Dua pekan setelah mengisi ransel sedih itu ia naik gunung. Kedua pundaknya menahan beban sedihnya sendirian. Ah. Tak masalah. Menghilangkan sedih dengan rasa sakit.

Dini hari pada Minggu yang cerah, ia keluarkan kesedihannya dari ransel di puncak gunung. Dilemparkan kuat-kuat ranselnya. Jatuh pada lembah curam dan membentur batu dan pohon. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana lagi melepaskan kesedihan dari ransel itu. Ibunya tidak memberi tahu bagaimana melempar sedih. Apalagi perihal tali yang mengikat perut dan pundakknya, yang harusnya dilepas dulu sebelum ransel dilempar. Ia pun mengerti satu hal: ia telah melepaskan kesedihannya. Bahkan, tak disangka-sangka, lebih dari itu, ia mengakhiri kesedihan itu. Menyusul ibu.

Sebelum benar-benar selesai. Ia berjanji, jika bertemu dengan ibu, akan ia tanyakan bagaimana membuang kesedihan dari dalam ransel, tanpa harus berdarah-darah dan menanggung sakit yang amat sangat.

Trenggalek, 15 Agustus 2020
Em Ruddy

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.