Breaking

Bikin Akun IG Banyak Buat apa?? Akun Sampah!!!


Saya kategori orang yang tidak suka membagikan aktifitas ke banyak orang. Termasuk memberitahukan bagaimana perasaan saya, apa yang sedang saya lakukan, dan hal lain yang bersifat to inform tentang pribadi saya.

Hal itu berlanjut. Dan akhirnya, pada tahun 2019 lalu, saya ganti mindsett itu. Pola berfikir itu. 

Berawal dari bermain Instagram dan melihat pola postingan akun-akun dengan follower up 10rb. Saya mendapati mereka banyak memasarkan produk. Istilahnya paid promote (PP) atau media partner. Orang harus bayar untuk bisa mendapatkan ini. Ada yang bayar 100K hingga jutaan rupiah. Ada yang gratis, tapi sebenarnya tidak gratis. Penyedia jasa meminta feedback berupa penambahan jumlah followers, likers, dan komentar dengan kuantitas tertentu, sesuai kesepakatan.

Lantas, saya melihat kehidupan kawan-kawan saya di Instagram. Melihat bagaiman kawan-kawan di desa yang juga punya Instagram. Termasuk kawan-kawan saya yang alumnus UTM. Mereka semua hampir keseluruhan menggunakan Instagram untuk melihat postingan orang lain. Kalau tidak begitu, hanya untuk like dan komen postingan orang lain. Juga, tidak kalah bergengsi, untuk berburu Give Away (GA).

Beberapa kawan memposting dagangannya. Jualannya. Tapi miris. Komentarnya nol. Jumlah like kurang dari jumlah jari tanganmu. Saya menebak, mungkin impressi akunnya cuma 100-200 an. Ini miris.

Maka dari itu, sejak saat itu, saya ngebet ingin mengejar jumlah followers sebanyak-banyaknya. Saya bikin banyak sekali akun. Impressi dari 1000 naik menjadi 10,000. Terus naik. Dan, sampai sekarang, saya masih berusaha meningkatkan target. Optimalisasi saya lakukan sendirian. Kelak, jika akun sudah besar, akan saya gunakan untuk membantu mempromosikan dagangan kawan-kawan. Akan saya bantu apa saja yang dibutuhkan kawan-kawan di desa-desa kecil, atau kawan - kawan yang membutuhkan bantuan promosi.

Gratis. Tanpa bayar sepeserpun. Tanpa syarat apapun kecuali berteman dengan riang gembira. Memang, mungkin ini gila, tapi saya yakin bisa dikejar. Dunia ini modern. Dunia digital semakin berkembang. Jika kenyataannya tidak banyak yang menjangkau pemikiran tentang pemanfaatan perkembangan ini, pikir saya, apa salahnya berfikir untuk bermanfaat.

Dari sini, saya akan merasa bodoamat jika tindakan yang seperti ini kalian anggap sampah. Toh, perihal kebermanfaatan hidup ini, kita hanya sedang sama-sama membuat bukti dari niat baik kita.

Emruddy
Nganjuk, 20 Januari 2020

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.